Lagu Dolanan Sebagai
Warisan Budaya yang Terlupakan
Oleh:
Siti Muyassarotul Hafidzoh*
Cublak
Cublak suweng
Suwenge
ting gelèntèr
Mambu
ketundhung gudèl
Pak
empong lera-lèrè
Sapa
ngguyu ndelikkakè
Sir
sir pong dhelè gosong
Tentu,
lagu dolanan di atas sangat dekat dengan kehidupan masa kecil kita. Namun
apakah lagu dolanan ini masih digemari anak-anak kecil masa sekarang?
Seiring semakin berkembangnya lagu-lagu modern bahkan munculnya berbagai
boyband maupun girlband yang mampu menyedot perhatian anak bangsa.
Mereka kini lebih menyukai menyanyikan lagu-lagu yang seharusnya untuk remaja dan dewasa, akhirnya lagu dolanan yang sebenarnya adalah warisan budaya ditinggalkan.
Mereka kini lebih menyukai menyanyikan lagu-lagu yang seharusnya untuk remaja dan dewasa, akhirnya lagu dolanan yang sebenarnya adalah warisan budaya ditinggalkan.
Selain
merupakan warisan budaya, lagu dolanan juga mengandung unsur seni dan sastra
dalam syair-syair yang dinyanyikan. Kedua unsur ini kemudian di wujudkan dalam
bentuk permainan anak kecil. Bermain sambil menyanyi merupakan metode
pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Seperti dalam penelitian yang dilakukan Ninyoman Seriati (2012) Universitas
Negeri Yogyakarta tentang permainan tradisional
yang dapat menstimulasi keterampilan sosial anak usia dini. Penelitian ini menjelaskan bahwa permainan gerak dan
lagu yang berasal dari kebudayaan lokal mampu mempengaruhi ketrampilan sosial
pada anak.
Lagu dolanan merupakan
rangkaian bahasa yang memiliki irama, persajakan dan mengandung makna yang adi
luhung. Bermain dengan terus melesarikan budaya sudah saatnya
digerakkan kembali. Karena kekuatan dari pelestarian budaya terletak pada
bagaimana kita mengakui dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sudah
beberapa kebudayaan bangsa ini diakui oleh bangsa lain, karena kelalaian dalam
menjaga warisan budaya. Bahkan terkesan tidak bangga dengan warisan para
leluhur.
Selain
lagu cublak-cublak suweng, masih banyak lagu-lagu dolanan lain
yang serat dengan nilai pendidikan dan kebudayaan. Seperti lagu Bebek Adhus
Kali, lagu Padang Wulan, Sluku Sluku Bathok dan sebagainya. Itu baru lagu
jawa, sedangkan Indonesia memiliki ribuan pulau dan jutaan tradisi, masih
banyak lagu dolanan yang bukan hanya budaya lokal jawa yang seharusnya mendapat
perhatian lebih.
Semua
Punya Peran
Lagu
dolanan yang mengandung nilai pendidikan dan nilai budaya yang luhur sepatutnya
kita jaga dan lestarikan bersama. Semua memiliki peran dalam melesarikan budaya
bangsa. Sebagai orang tua, sebaiknya mulai mengenalkan anak-anak dengan
permainan dan lagu sesuai tradisi dan budayanya. Mengajari mereka untuk
menyukai budaya dan bangga dengan budaya yang dimiliki bangsa ini.
Para
guru di sekolah pun membantu anak didiknya untuk semakin mengenal budaya
leluhurnya yang mengandung nilai yang adi
luhung. Para guru mampu memberikan penjelasan makna dan simbol
yang tertanam pada lagu-lagudolanan maupun makna dari
permainannya. Sehingga anak-anak akan lebih menghargai dan bangga dengan budaya
bangsa.
Lagu
Cublak cublak suweng ini mengandung makna; kita sebagai manusia tercipta dari
tanah, dengan begitu permainan ini memposisikan manusia dengan posisi sujud
mencium tanah. Walaupun demikian manusia tetap memiliki hasrat untuk mencari
harta. Begitu tercium harta, manusia yang berilmupun bisa lalai bagaikan “gudhel”
dalam lagu ini. Ini mewaspadai kita dari kasus korupsi. Yang kita sama-sama
ketahui bahwa para koruptor itu para orang pinter yang tampangnya selalu
tersenyum padahal menyembunyikan kejahatannya, “Sapa ngguyu ndelikkakè”.
Permainan inilah yang sudah diajarkan Sunan Giri ratusan tahun silam.
Mengajarkan
anak mengenali bangsanya adalah salah satu usaha untuk membentuk
rasa nasionalisme yang tinggi juga menanamkan moral dan karakter yang kuat untuk menyiapkan generasi penerus bangsa. Perhatikan lirik lagu berikut “Yo pra kanca dolanan ing jaba, padhang wulan padhange kaya rina, rembulane e sing awe awe, ngelingake aja pada turu sore”. Lagu ini mengandung usur mendidik, bahwa tidak baik anak-anak tidur di waktu sore, karena ada banyak keindahan di luar sana untuk dikenal dan dipelajari.
rasa nasionalisme yang tinggi juga menanamkan moral dan karakter yang kuat untuk menyiapkan generasi penerus bangsa. Perhatikan lirik lagu berikut “Yo pra kanca dolanan ing jaba, padhang wulan padhange kaya rina, rembulane e sing awe awe, ngelingake aja pada turu sore”. Lagu ini mengandung usur mendidik, bahwa tidak baik anak-anak tidur di waktu sore, karena ada banyak keindahan di luar sana untuk dikenal dan dipelajari.
Begitu
luar biasa makna dibalik lagu-lagu warisan para leluhur kita. Mari saatnya
menjaga, melestarikan dan bangga dengan kekayaan bangsa kita.
*Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar