Jebakan
Hedonisme Pada Perempuan
Oleh:
Siti Muyassarotul Hafidzoh*
Hedonisme
sedang menganggu naluri kehidupan manusia. Kehidupan yang berpaham hedonis
merupakan kehidupan yang penuh dengan glamor, penuh dengan hal yang “wah”.
Kaum hedonis selalu berpikiran bahwa menjalani hidup untuk memenuhi kebutuhan
hawa nafsunya. Berlaku sebebas-bebasnya, senikmat-nikmatnya, sesenang-senangnya
tanpa peduli perasaan siapapun. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya
sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidupnya dengan penuh kepuasan.
Kehidupan yang penuh glamor inilah yang akhirnya akan menjebak manusia terjebak
untuk tidak mampu bersikap sabar dan gagal membangun asketisme.
Hedonisme
merupakan salah satu teori etika yang paling tua, paling sederhana, paling
kebenda-bendaan, dan dari abad ke abad slalu kita temukan. Untuk aliran ini,
kesenangan (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi.
Kaum hedonis modern memilih kata kebahagiaan untuk kesenangan.
Paham
ini sedikit demi sedikit masuk dalam kehidupan para perempuan. Perempuan merasa
kurang cantik jika tidak memakai perhiasan, perempuan merasa kurang cantik
ketika tidak memakai pakaian mahal, perempuan merasa kurang cantik ketika tidak
memakai make up yang menor. Cantik yang mereka pahami akhirnya hanya
berlaku ketika perempuan memakai sesuatu yang dianggapnya mahal dan berharga.
Tidak sebatas itu, bahkan kemewahan yang lebih, seperti memiliki mobil mewah,
perhiasan mewah, rumah mewah bahkan sampai hal-hal kecil seperti alat dapurpun
menjadi alat ukur perempuan untuk mendapatkan pujian yang diinginkan.
Kehidupan
yang mengerikan tersebut membuat para perempuan tidak sadar dengan apa yang
mereka lakukan, bahwa segala yang dianggapnya “wah” adalah kunci petaka untuk
masa depannya. Mereka terjebak pada naluri yang tidak peduli dengan
kesederhanaan, sehingga banyak perempuan yang rela melakukan apapun untuk mendapatkan
kesenangan yang diinginkannya. Bahkan yang mengerikan, mereka rela menjual
harga dirinya demi untuk membeli segala perhiasan dan aksesoris tubuhnya untuk
merasa lebih cantik dibandingkan perempuan lainnya yang tidak memiliki barang
berharga tersebut.
Segala
kesenangan yang mereka terapkan dalam gaya hidup hedonis adalah hal yang
sia-sia belaka. Karena apa yang mereka lakukan sebenarnya malah membawa mereka
ke dalam jurang kesombongan dan iri hati. Ketika merasa tubuhnya lebih cantik
dari pada orang lain, maka kesombongan diri nampak dan mengganggap diri
merekalah yang paling layak untuk hidup. Namun ketika melihat orang lain yang
perhiasan dan aksesorisnya lebih mahal, maka iri hati menggrogoti nuraninya.
Filosofi
Hedonisme
Selain
itu di zaman postmodernisme sekarang ini gaya hidup yang hedonis semakin
membudaya di kalangan remaja perempuan. Kaum muda mulai diracuni dengan pola
kehidupan yang tidak sehat dan tidak memberikan hal positif dalam pembelajaran
yang diusia tersebut seharusnya mereka dapatkan. Namun yang terjadi adalah
mereka yang bangga dengan kemewahan yang dimilikinya dan tidak peduli dengan
prestasi apapun yang sudah mereka raih. Prestasi dalam dunia pendidikan
khususya, sekarang ini sudah mulai banyak diabaikan. Gegap gempita dunia hedonislah
yang kian merebak, mereka perempuan muda berani memakai aksesoris tubuh yang
tidak layak, mereka berani menghabiskan uang di salon mahal hanya untuk menurut
mereka mempercantik diri.
Pengaruh
seperti ini sebenarnya sudah menjamur di tayangan televisi. Banyak program
acara yang lebih mengunggulkan hiburan-hiburan yang dipenuhi dengan gaya hidup
hedonis, seperti ajang pencarian penyanyi, penari, girl band, dan lain
sebagainya. Acara semacam ini secara tidak sadar membentuk kaum muda untuk
berperilaku hedonis. Hanya yang cantiklah yang entertain, hanya yang kayalah
yang layak jadi pujaan banyak orang. Kesenangan-kesenangan ini yang akhirnya
akan membutakan nurani perempuan. Terutama perempuan muda yang seharusnya
membangun diri dengan karakter moral yang kuat, bukan dengan kemewahan, gengsi
dan kesenangan-kesenangan duniawi.
Sebenarnya
pengertian hedonisme tidak seperti yang kita bayangkan. Menurut James Rachels
(2004) dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Moral”, bahwa hedonisme
pertama-tama dirumuskan oleh Aristippus yang salah menafsirkan ajaran gurunya,
Socrates yang berkata bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Aristippus
menyamakan kebahagiaan dengan kesenangan. Menurutnya, kesenangan berkat gerakan
lemah, rasa sakit berkat gerakan kasar.
Hedonisme
dihaluskan oleh Epicurus dan dihubungkan teori fisika dari Demokritos.
Epicurus, tujuan hidup bukan kesenangan yang kuat, melainkan suatu kedamaian.
Kita harus menghindari rasa takut terhadap dewa dan maut. Kesenangan
intelektual saja tidak cukup, tanpa merasakan kesenangan inderani.
Inner
beauty perempuan