Perjuangan Perempuan Menggapai Impian
Oleh: Siti Muyassarotul hafidzoh*
Penulis
: Barbara Quick
Penerbit
: Atria Jakarta
Cetakan
: 1, 2011
Tebal
: 272 halaman
“Meskipun aku sangat mengaguminya,
Aristoteles keliru dalam banyak hal. Dia berkata,”keberanian seorang lelaki
tampak dalam caranya memerintah dan keberanian seorang perempuan tampak dalam
caranya mematuhi’. Jika memakai penilaian itu aku ini seorang pengecut”.
Demikian
salah satu ungkapan Alessandra Giliani dalam novel A Golden Web ini
halaman 257. Novel yang ditulis oleh Barbara Quick ini sangat memukau. Kisah
yang sudah berusia berabad-abad tentang Alessandra Giliani, seorang ahli
anatomi perempuan pertama di dunia dihadirkannya secara nyata. Alessandra
Giliani atau sering disebut Sandra adalah remaja berambut ikal yang memiliki
kecerdasan dan kecintaan terhadap literatur ilmu pengetahuan yang sangat besar.
Sayangnya dia lahir sebagai putri hawa, sosok perempuan.
Namun
walaupun ia terlahir sebagai sosok perempuan. Ia berani untuk mematahkan
pendapat-pendapat Aristoteles tentang kaumnya. Ia berpikir bahwa perempuan bisa
menjadi lebih baik dari seorang lelaki kalau saja diberi kesempatan untuk
mempelajari banyak hal. Seperti cuplikan dialog di atas, Alessandra tidaklah
setuju dengan anggapan Aristotels tentang memaknai keberanian, justru ia
mengatakan bahwa dirinya seorang pengecut jika membenarkan apa yang dikatakan
Aristoteles.
Memang, pada
abad keempat belas, kehidupan perempuan masih sangat kelam. Sejarah yang tak
bisa dipungkiri bahwa perempuan yang hidup di abad tersebut tidak diberi
kesempatan sedikitpun untuk melakukan perubahan. Perempuan hanya bisa hidup di
dalam rumah, belajar hanya seadanya saja, dan harus selalu patuh pada perintah
ayah maupun suaminya. Dalam sejarah, kaum perempuan akan dibakar ditiang
pembakaran jika melakukan provokasi, walaupun hanya sedikit.
Namun,
begitulah sejarah.
Tidak seorangpun yang harus melupakan sejarah. Seperti yang telah dilakukan Barbara Quick, ia menaruh sejarah sebagai tempat hidup. Tempat untuk semua orang hidup, entah itu berdampingan secara kasat mata maupun tak kasat mata dengan sosok-sosok lain yang akan menyentuh orang dan menceritakan kisah-kisah dalam sejarah. Oleh karena itu Barbara Quick tergugah menulis sejarah untuk dikenang, tak dilupakan. Sejarah ahli anatomi perempuan pertama di dunia.
Tidak seorangpun yang harus melupakan sejarah. Seperti yang telah dilakukan Barbara Quick, ia menaruh sejarah sebagai tempat hidup. Tempat untuk semua orang hidup, entah itu berdampingan secara kasat mata maupun tak kasat mata dengan sosok-sosok lain yang akan menyentuh orang dan menceritakan kisah-kisah dalam sejarah. Oleh karena itu Barbara Quick tergugah menulis sejarah untuk dikenang, tak dilupakan. Sejarah ahli anatomi perempuan pertama di dunia.
Novel ini menceritakan
gadis pemberani yang akan melakukan apapun sesuai cita-cita dan keinginannya
untuk meraih ilmu seluas mungkin. Ia bercita-cita menjadi seorang dokter. Tidak
peduli dirinya adalah seorang perempuan. Meskipun aturan dan anggapan umum
dalam masyarakat saat itu merendahkan kaumnya, namun, dia berhasil membuktikan
bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama bahkan terkadang melebihi
kapasitas kaum lelaki.
Pengembaraan
hebat yang Alessandra alami adalah sebuah petualangan yang sangat membahayakan
dirinya. Dia bertekad untuk meraih cita-citanya dengan menggunakan penyamaran
sebagai laki-laki. Hanya inilah satu-satunya cara agar Sandra bisa belajar dan
menjadi mahasiswa di Universitas Bologna.
Universitas
Bologna adalah salah satu universitas tertua di Eropa, sebuah tempat yang
mengagumkan pada abad keempat belas. Mungkin lebih mirip universitas California di Berkeley pada tahun
1960-an dari pada universitas-universitas lainnya. Di sana yang memagang
kendali adalah para mahasiswa. Seorang mahasiswa menantang seorang profesor dan
bisa membuktikan bahwa dirinya benar, maka mahasiswa itulah yang akan menjadi
profesor. Terlihat jelas, bahwa tempat seperti ini adalah tempat yang
keras bagi kehidupan perempuan seperti Alessandra. Apalagi usahanya dengan cara
menyamar menjadi seorang laki-laki.
Tetapi
tekadnya sudah bulat. Sandra berani mengambil resiko apapun asalkan dia menjadi
seorang dokter. Selama hidupnya di Bologna, Sandra menemukan kehidupan baru
yang tak pernah ia rasakan. Usaha kerasnya untuk menyamar sebagai laki-laki
berhasil dan bahkan dia mampu bergaul dengan kaum cendekia di universitas
Bologna. Sandra juga mejadi mahasiswa kesayangan Mondino de’ Liuzzi, sang
dokter terkenal di Bologna.
Sebenarnya
kecerdasan yang dimiliki Sandra sudah ada sejak dia masih belia. Dia juga gemar
membaca buku-buku ayahnya karena kebetulan ayahnya adalah seorang yang
menerbitkan buku. Sehingga ia merasa di surga jika berada di perpustakaan
ayahnya dan berlama-lama membaca buku.
Keinginan
yang mendorong Sandra menjadi seorang dokter adalah karena dia pernah melihat
ibu kandungnya meninggal di depan matanya ketika seorang dokter membelah perut
ibunya untuk menolong kelahiran adiknya. Sandra merasa bahwa pasti ada acara
untuk menolong seorang ibu yang tidak bisa melahirkan secara normal tanpa
membunuh ibu tersebut.
Pertanyaan
yang selama ini mengganjal dibenaknya akhirnya dia ungkapkan kepada dokter
Mondino ketika berada dalam kelas. “Saat seorang perempuan terlalu lelah
untuk melahirkan sehingga dia terancam sekarat, bisakah bayinya di keluarkan
dari tubuhnya, saat ibu dan anak sama-sama masih hidup?”. Namun Sandra agak
kecewa ketika Mondino menjawab “hanya jika bayi itu adalah calon raja,
perempuan bisa saja diiris sebelum dia meninggal” (hal. 211). Mendengar
jawaban Mondino tidak membuat Sandra menyerah, ia tetap akan melakukan
penelitian-penelitian sampai dia menemukan cara yang tepat untuk menyelamatkan
seorang ibu dan anak.
Riset-riset yang
dilakukan Alessandra banyak yang berhasil. Salah satu riset yang mengguncangkan
kota Bologna saat itu adalah penemuannya tentang rahasia aliran darah di antara
jantung dan paru-paru. Penemuan ini ia lakukan berhari-hari dan menghabiskan
puluhan babi untuk
menjadi bahan percobaan, hingga ia berani membedah mayat seorang wanita. Dengan
buku panduan dari Ibn al-Nafis yang ia pelajari, akhirnya ia berani membuktikan
bahwa pelajaran yang telah diberikan guru-gurunya selama ini adalah salah.
Bahkan Mondino sang guru profesionalnya pun mengakui penemuan cerdas yang
dilakukan mahasiswanya tersebut.
Petualangan
yang Sandra hadapi begitu penuh ketegangan. Barbara Quick berhasil menyusun
kisah ini sebegitu terasa nyata. Terlihat secara jelas ketika Sandra semakin lama
semakin cerdas dan pintar. Bahkan pembuktian riset-risetnya digambarkan secara
jelas dan teliti. Keindahan mengurai sanggahan pada pemikiran Aristoteles pun
serasa segar dan cerdas.
Kisah ini
begitu rugi jika kita melewatkannya. Sejarah perempuan hebat yang tidak pernah
bisa dilupakan. Barbara Quick mempersembahkan novel sejarah yang memukau.
Kehidupan luar biasa seorang perempuan di zaman yang tidak memihaknya, namun
dengan tekad dan keyakinannya, perempuan itu, Alessandra Giliani berhasil
menjadi tokoh bersejarah dalam kehidupan, khususnya bagi kaum hawa. Diakhir
novel ini Allesandra Giliani memberi sebuah permintaan kecil yaitu “aku
tidak mau dilupakan”.
Gerakan kaum
perempuan di Eropa sudah dimulai sejak lampau. Bahkan keberanian perempuan
untuk menjadi setara sudah ada sejak abad keempat belas. Zaman di mana
perempuan masih terpinggirkan. Di Indonesia sosok perempuan yang menjadi
provokator perubahan adalah Kartini. Gerakan yang Kartini lakukan juga seakan
baru kemaren sore. Masih sangat jauh perjuangan untuk kaum perempuan di
Indonesia. Kini saatnya menyadari bahwa menjadi seorang perempuan adalah sebuah
anugrah kehidupan, karena awal kehidupan berada pada rahim seorang perempuan.
Menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi lebih baik adalah hal bodoh yang harus
segera dihapuskan.
Perempuan
bisa hidup layak seperti laki-laki. Perempuan layak mendapatkan pendidikan
terbaik, layak untuk menggapai cita-citanya, layak untuk berkarier dan layak
untuk bisa lebih unggul kapasitasnya di atas kaum lelaki. Karena ukuran tinggi
rendahnya seseorang bukan karena dia laki-laki atau perempuan tapi karena dia
berpotensi ataukah tidak. Baik itu laki-laki maupun perempuan. Semua
mendapatkan hak yang sama dan kesempatan yang sama pula.
Novel ini
sangat menginspirasikan kaum perempuan untuk tidak menyerah dan tidak lemah.
Jika kesamaan sudah terjalin antara laki-laki dan perempuan maka tidak akan ada
lagi kesan bahwa perempuan itu lemah dan perempuan itu tidak berdaya. Karena
perempuan mampu untuk bangkit, mampu untuk berprestasi dan mampu untuk
mendapatkan yang terbaik.
*Litbang PW Fatayat NU DIY, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
2 komentar:
Subhanallah, sangat inspiratif resensi novel ttg alesandra ini mbak muyas. kapan2 sy pinjam bukunya ya kalo boleh,hehe. ditunggu resensi buku bagus lainnya :)
bisa, monggo mampir kerumah,hehehe
Posting Komentar