Sabtu, 17 Desember 2011

Fikih Perempuan

Hukum Haid


Islam adalah agama yang sempurna. Permasalahan peribadahan kepada Allah swt., aturan muamalah sesama manusia, masalah kepemerintahan sampai dengan masalah buang haid pun telah dikupas dalam Islam. 

Definisi Haid
      Haid menurut bahasa berarti mengalir sedangkan pengertian secara syar'i adalah darah yang keluar dari bagian dalam rahim wanita pada waktu-waktu tertentu, bukan karena sakit atau terluka.
Umur Wanita Haid
          Umur wanita haid secara umum minimal berusia sembilan tahun sampai lima puluh tahun. Allah swt. berfirman, “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid”. (Qs. At-Thalaaq: 4). Jadi, perempuan-perempuan yang berhenti haid adalah mereka yang sudah berusia lima puluh tahun dan perempuan-perempuan yang belum haid adalah mereka yang masih kecil belum berusia sembilan tahun.

Hukum-Hukum Haid
1.  Diharamkan bersetubuh dalam kondisi haid. Keharaman ini berdasarkan firman Allah Ta'ala, ”Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah kotoran. Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. (Qs. Al-Baqarah: 222).
Keharaman ini berlangsung sampai darah haid berhenti, lalu ia mandi. Allah berfirman, “Janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu”.
Bagi suami wanita yang sedang haid dibolehkan untuk bersenang-senang dengannya tanpa bersetubuh, berdasarkan sabda Rasulullah saw., “Perbuatlah apa saja kecuali nikah (bersetubuh)”. (HR. Muslim).
2.  Wanita haid harus meningalkan shaum dan sholat pada masa haidnya, dan diharamkan melaksanakan keduanya, karena Rasulullah saw. Bersabda, “Bukankah jika seorang wanita haid tidak sholat dan shaum”. (HR. Muslim). Jika wanita haid telah suci, maka hendaklah ia membayar kewajiban shaum yang telah ditinggalkan selama haid, dan tidak mengganti kewajiban sholat. Berdasarkan perkataan Aisyah ra., “Adalah kami haid pada masa Rasulullah, maka kami diperintahkan untuk mengganti shaum dan tidak mengganti sholat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
3.  Diharamkan wanita haid memegang mushaf al-Quran tanpa alat perantara. Allah swt. berfirman, “Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan”. (Qs. Al-Waqiah 79).
Ketika Rasulullah saw. mengirim surat kepada Amru bin Hazm tertulis: Tidaklah menyentuh mushhaf kecuali orang yang suci. (HR. An-Nasa'i). Menurut Syaikhul Ibnu Taimiyah bahwa imam empat madzhab tidak perbolehkan menyentuh mushhaf kecuali orang yang suci.
Sedangkan hukum wanita haid membaca Quran dengan tidak memegang mushaf ada perbedaan pendapat di antara ahlul 'ilmi, namun untuk kehati-hatian maka seorang wanita haid sebaiknya tidak membaca Quran kecuali dalam kondisi darurat, seperti karena khawatir melupakannya.
4.  Diharamkan bagi wanita haid melakukan thawaf di Baitullah berdasarkan pada sabda Rasulullah saw. kepada Aisyah ra. ketika ia haid, “Kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan orang berhaji kecuali thawaf di Baitullah sampai engkau suci”. (HR Bukhari dan Muslim).
5.  Diharamkan bagi wanita haid berdiam diri di dalam masjid. Keharaman ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita haid dan orang junub”. (HR. Abu Dawud). Sabdanya juga, “Sesungguhnya masjid tidak halal bagi wanita haid dan orang junub”.(HR Ibnu Majah) Tetapi diperbolehkan bagi wanita haid sekedar lewat (berjalan) di masjid tanpa berdiam diri di dalamnya. Berlandaskan pada hadits Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ambilkan khumrah (sejenis tikar) itu dari masjid!” Aku katakan bahwa aku sedang haid. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya haidmu bukan pada tanganmu”. (Diriwayatkan oleh Al-Jamaah kecuali Imam Al-Bukhari, lihat Al-Muntaqa 1/130).
    Wanita haid diperbolehkan membaca dzikir-dzikir yang disyari'atkan berupa tahlil, takbir, tasbih, doa-doa, membaca buku kelilmuan seperti tafsir, hadits, dan fiqh. Wallahu A'lam.

(Disarikan dari kitab Tanbiihat 'ala Ahkamin Takhtashshu bil Mu'minat karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Tidak ada komentar: