Sabtu, 17 Desember 2011

Tahukah Anda?

Mengapa Bayi Menangis Setelah Dilahirkan?


Tahukah Anda mengapa bayi menangis setelah dilahirkan? Ternyata jika bayi terpisah hingga enam jam saja, daya tahannya turun 50 persen karena hormon stres bayi naik dua kali lipat. Keadaan ini wajar karena selama sembilan bulan dalam kandungan, bayi terbiasa dengan detak jantung ibu. Jadi, ia menangis bukan karena lapar karena menurut Dr. Utami Rusli (Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia) dalam 48 jam pertama kehidupannya, bayi tidak membutuhkan makanan sebab bayi sudah dibekali dari dalam perut ibunya. Sesungguhnya yang dibutuhkan adalah sentuhan ibu. 

(Ening Herniti, Litbang)

-----------------------------------
 
Tuhan itu Siapa?


Kepolosan anak-anak terkadang sanggup membuat kita terheran-heran atau bahkan kehabisan kata-kata. Sering kali dari mulut mungil mereka muncul pertanyaan yang tak terduga sebelumnya, terutama ketika si filsuf kecil bertanya tentang Tuhan. Apa kira-kira jawaban Anda? Tolong, jangan tergesa-gesa menjawab apalagi sampai membentaknya atau berbohong. Pertanyaan itu mucul sebagai bentuk respon terhadap kemegahan alam yang merupakan salah satu bentuk pengalaman spiritual yang dialami anak-anak.
            Harold S. Kushner dalam bukunya yang berjudul When Children Ask About God menyebutkan bahwa pikiran anak-anak haus akan sesuatu yang nyata, konkret, dan jelas. Mereka akan menerjemahkan abstraksi tersebut ke dalam sesuatu yang lebih mudah dicerna.
            Dalam teorinya mengenai psikologi perkembangan kognitif, Jean Piaget, filsuf sekaligus psikolog perkembangan kelahiran Swiss, menyebutkan bahwa anak usia 2-7 tahun sedang berada dalam tahap pra-operasional (pre-operational stage). Pada tahap ini, anak sudah bisa membayangkan wujud benda sekalipun benda tersebut tidak ada di hadapannya. Anak sudah mulai mengerti, bahwa benda yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Contohnya, ketika bonekanya disembunyikan, si kecil tahu bahwa boneka itu ada, tapi tidak bisa dilihatnya. Atau Katakan, Tuhan itu tidak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan. Sama seperti angin. Adik bisa merasakan angin tapi tidak bisa melihatnya, kan?
Cara-cara sederhana untuk memperkenalkan Tuhan kepada filsuf kecil kita. Berikut ini di antaranya:
1. Kenalkan lewat alam.
Tunjukkan kepadanya tentang matahari yang selalu terbit di timur dan tenggelam di barat. Perlihatkan kepadanya bahwa hanya melalui biji yang berukuran kecil, pohon besar, dan kokoh dapat tumbuh.
2. Kenalkan lewat cinta
Anak yang dilimpahi dengan cinta dan kepercayaan oleh orangtuanya akan percaya bahwa Tuhan adalah zat yang ada di balik dunia yang ramah dan bersahabat.
3. Kenalkan lewat cerita
Membacakan kisah para nabi karena anak usia balita memang lebih senang mendengarkan cerita daripada konsep. Cerita membantu anak untuk memahami suatu kejadian secara komprehensif.
4. Kenalkan lewat bakat
Saat melihat anak yang gemar menggambar, puji hasil karyanya lalu katakan, “Tuhan menciptakanmu dengan bakat menggambar yang belum tentu dimiliki teman-temanmu.”
5. Kenalkan lewat doa
Dapat dikatakan inilah salah satu cara dasar untuk mengenalkan Tuhan kepada anak. Ajari anak untuk berdoa dengan cara yang mudah, misalnya sebelum makan atau sebelum tidur. Jika dilatih terus-menerus, lambat laun hal ini akan menjadi kebiasaan. Penjelasan tentang Tuhan adalah langkah awal yang baik jika Anda ingin menerapkan nilai-nilai moral berdasarkan ajaran agama sejak dini. Pendidikan tentang agama akan berlanjut kepada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana harus bersikap baik, sopan, atau bersyukur. Akan lebih baik lagi jika Anda mencontohkan penerapannya sebab anak belajar dari meniru perbuatan orang tuanya.
            Mudah bukan? Anda tidak perlu berbohong atau memarahi si filsuf kecil. Jawaban Anda akan termemori sampai ia dewasa. Selamat menjadi orang tua yang bijaksana.


(Sumber: www.anaksehatku. blogspot. Com) 

Tidak ada komentar: