Sabtu, 17 Desember 2011

Artikel 7

POTRET BURAM PEREMPUAN DALAM IKLAN TELEVISI
Oleh: Ening Herniti

Iklan merupakan kegiatan yang memegang peranan penting dalam dunia bisnis karena dengan iklan masyarakat atau calon konsumen akan mengenal produk tersebut. Iklan adalah suatu kegiatan menyampaikan berita agar produk yang dimaksud disukai, dipilih, dan dibeli.
      Media yang dipandang sangat efektif untuk mempromosikan produk adalah televisi karena memadukan penglihatan, bunyi, gerak, dan warna. Oleh karena itu, televisi dijadikan medium nomor satu oleh para pengiklan nasional.
    Perempuan dari sudut mana pun selalu menarik untuk diperbincangkan dan diperdebatkan seakan tak pernah lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Perempuan tidak hanya menarik bagi kaum laki-laki, tetapi juga para produser iklan. Mereka sangat percaya dengan asumsi-asumsi yang dikatakan oleh para ahli periklanan bahwa perempuan dapat dijadikan magnet untuk menarik para konsumen atau calon konsumen karena dengan segala keindahan biologisnya amat bermanfaat untuk menciptakan kesan dan daya tarik terhadap suatu barang. Abar (1998:316) berpendapat bahwa perempuan yang dipilih untuk kepentingan produksi adalah perempuan yang terampil, cekatan, disiplin, dan loyal. Sebaliknya jika untuk wahana promosi adalah perempuan yang berparas cantik, bentuk tubuh yang seksi dan aduhai, berambut indah, dan lainnya. Perempuan yang cantik dan seksi dapat menjadi identitas dari kualitas, mutu, dan kesan mewah suatu barang yang ditawarkan sehingga tidak heran bila yang menjadi model iklan adalah para model, bintang film, dan peragawati.
Tak henti-hentinya berbagai media massa mengekspose perempuan untuk dijadikan “penarik” massa. Artis yang nota bene-nya sarat dengan gosip dan keglamoran tak pernah lepas dari kaca mata para kuli disket, dijadikan penarik massa yang paling ampuh terutama artis yang yang sedang naik daun. 
Penonjolan terhadap keindahan fisik perempuan tampak sekali dalam dunia periklanan. Tampilnya perempuan dalam iklan memang dibutuhkan untuk memperkuat daya jual dari sebuah produk. Taruhlah sebuah contoh iklan Citra. Adegan iklan tersebut menampilkan seorang gadis cantik berjalan dengan anggun dan penuh percaya diri. Ada beberapa pria yang berada di sekitarnya yang terkagum-kagum dan tergoda. Kemudian voice overs (suara dibalik layar atau komentator) mengatakan “Perempuan Citra selalu membuat pria susah menahan diri”. Adegan tersebut dilanjutkan dengan dua pria yang satu sedang membaca koran dan yang lainnya sedang naik sepeda menghentikan aktivitasnya. Mereka terpana oleh kecantikan gadis tersebut. Lalu voice overs mengatakan lagi bahwa Citra Beauty Lotion Extra Buah dengan mangir mengangkat sel kulit mati, membuat kulit lebih mulus, bercahaya, kuning langsat. Pria yang sedang membaca koran tadi sangat tergoda. Kata hatinya ingin segera menemui dan berkenalan dengan gadis itu, tetapi alam sadarnya melarangnya untuk tergesa-gesa. Kemudian ia mengambil minuman yang akan disuguhkan oleh pelayan.  Pria tersebut membatin, “ Saya, pria lupa diri”.        
      Cuplikan adegan iklan Citra di atas sangat menampakkan bahwa perempuan cenderung dinilai dari fisiknya saja. Kiranya tidak berlebihan apa yang dikatakan oleh Bierce (via Budiman, 1995:4) bahwa perempuan dinilai dari tubuhnya. Dengan perkataan lain, kemolekan tubuh dan kecantikan paras wajahnya merupakan hal yang berharga atau penting bagi perempuan. Adegan iklan tersebut menampak seorang pria dibuat lupa diri atau susah menahan diri karena melihat seorang gadis yang kulitnya mulus, bercahaya, dan kuning langsat. Perempuan dianjurkan menggunakan produk Citra agar kulitnya mulus, bercahaya, dan kuning langsat yang dampaknya membuat pria tergoda. Seakan-akan perempuan memang merupakan makhluk penggoda  yang akan menjerumuskan ke dalam lembah maksiat.
     Iklan Jenis produk yang menggunakan perempuan sebagai wahana promosi ini tidak harus berhubungan dengan dunia kehidupan kaum perempuan, seperti barang atau alat kosmetik, pembalut wanita, shampoo, dan sabun cuci. Ada beberapa produk juga menggunakan perempuan sebagai modelnya walaupun sebenarnya tidak ada relevansinya antara model dan produknya, seperti iklan cat tembok, pompa air, mobil Honda, dan sebagainya. Perempuan tampak sekali hanya dijadikan hiasan. Hal ini pernah dibahas oleh salah satu acara di RCTI, yaitu Negeri Imajinasi  yang menayangkan iklan televisi dari produsen, proses produksi, dan para model iklan. Dalam acara tersebut dibahas mengenai hubungan antara model iklan perempuan dan produk yang diiklankan. Ternyata beberapa artis pun tidak setuju bila perempuan hadir dalam iklan terkesan hanya sebagai pelengkap dan penyedap.
Berbagai  iklan televisi dengan menggunakan model perempuan setengah  telanjang sangat menarik untuk mata yang tak pernah dibasuh oleh istighfar. Na’udzubillah. Entah di mana harga manusia yang bernama perempuan. Di dunia iklan perempuan hanya disajikan untuk ‘bahan penglaris’ semata. Masya Allah, suatu fenomena yang teramat memprihatinkan. Apakah perempuan dihargai hanya sebatas paha dan dada? Lantas, apa bedanya antara perempuan dengan produk yang diiklankan?  Bukankah Allah SWT telah menciptakan perempuan setara  dengan laki-laki di hadapan-Nya?
Mengapa model perempuan juga mau dieksploitasi oleh para produser iklan? Soal popularitaskah atau untuk sesuap nasi?   Menurut Mulyana dalam Wanita dan Media (1998:348) kurang lebih 90% periklanan menggunakan perempuan sebagai model iklannya. Secara matematis jika diperhitungkan perempuan tetaplah dalam pihak yang dirugikan.  Pihak produsen menarik keuntungan dari larisnya produk yang terjual, sementara para model iklan hanya mendapatkan bagian kecil.
Perempuan  yang sangat dimuliakan oleh Islam telah tercabik-cabik oleh tangan-tangan jahiliyah yang memang ingin menghancurkan Islam. Ironisnya, para model iklan juga tidak sedikit yang mengaku muslimah tidak malu lagi mengumbar auratnya di depan publik bahkan merasa bangga dapat memerkan tubuhnya yang aduhai.  Lantas dimana rasa malu yang dimiliki oleh perempuan. Abu Hurairah berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Keimanan memiliki tujuh puluh cabang. Yang paling besar adalah mengucapkan Laa ilaha illaallah, dan yang paling kecil adalah mengambil sesuatu yang membahayakan dari jalan. Malu adalah salah satu cabang keimanan.”
Ada sebagian perempuan memperjuangkan haknya agar sama dengan laki-laki, tetapi sebagian perempuan lain malah menodainya. Ironis sekali memang.  Ternyata banyak perempuan yang belum terjaga dan menyadari bahwa perempuan itu setara dengan laki-laki di hadapan Sang Khaliq hanya taqwalah yang akan membedakannya. Akhlak merupakan cerminan dari ketaqwaan seorang hamba kepada kholiqnya.
Model perempuan dalam iklan televisi dengan berbagai gayanya telah merebak ke segala penjuru. Muslimah-muslimah lainnya pun mengekor mereka dengan berpandangan bahwa dengan bergaya seperti akan terlihat lebih ngaya, modis, dan modern. Banyak muslimah yang sudah mulai terjebak ke arah sana. Pamer lekuk tubuh pun bukan hal yang  memalukan lagi. Lantas bagaimanakah nasib bangsa ini jika perempuannya sudah terlena dengan budaya konsumtif mimpi. Dikatakan konsumtif mimpi karena kecenderungan mengkonsumsi produk yang menjanjikan hasil yang muluk dalam waktu sekejap. Bukankah sudah jelas bahwa nasib bangsa ini tidak terlepas dari akhlaq perempuannya?  Seperti apa yang telah dikatakan oleh Hukama Islam bahwa wanita itu tiang negara, apabila ia rusak, maka rusaklah negara, dan apabila ia shalih, maka shalihlah negara. Nasib suatu bangsa memang bukan hanya terletak pada kaum perempuan, tetapi kaum perempuan memiliki andil yang tidak sedikit dalam membentuk mental generasinya. Generasi inilah yang akan menentukan baik dan tidaknya suatu negara.
Fenomena semacam ini merupakan PR bagi kita  bahwa masih terlalu banyak yang harus kita benahi. Ternyata tidak mudah mengubah cara pandang lelaki terhadap perempuan dan cara pandang perempuan terhadap dirinya bahwa perempuan adalah manusia, makhluk Allah swt., yang harus diakui eksistensinya. Perempuan bukanlah barang yang untuk dipertontonkan dan diperjualbelikan. Wallahu a’lam bishawab.
--------------------

Tidak ada komentar: